Thursday, February 28, 2013

SEKAPUR SIRIH SEJARAH BERMULANYA KEL. CANDI DAN PEMERINTAHANNYA



 SEKAPUR SIRIH SEJARAH BERMULANYA KEL. CANDI DAN PEMERINTAHANNYA

            Di sebuah daerah yang letaknya sedikit mengarah kesebelah utara Teluk Kumai,  terdapatlah sebuah kota atau negeri yang bernama KUMAI.  Sekarang kota ini telah dijadikan sebagai ibu kota dari Kecamatan Kumai yang termasuk salah satu dari 6 Kecamatan yang berada dalam ruang  lingkup Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.
            Menilik dari sejarahnya, Kota Kumai ini didirikan dan dibangun pada tahun 1784 oleh seorang yang bernama SYARIF USMAN ALHABSY gelar PANGERAN BENDAHARA, putera dari SARIBANUN, cucu kesayangan PANGERAN ADIPATI Sultan Kotawaringin.
            Adapun tempat dimana berdirinya kota Kumai  sekarang ini dahulunya adalah merupakan sebuah hutan belantara, telah dibuka dan digarap untuk pertamakalinya oleh kurang lebih 10 kepala keluarga yang berada di bawah pimpinan SYARIF USMAN ALHABSY dengan menelan biaya keseluruhan sebanyak 100 ringgit ditambah dengan 100 biji kelapa. Biaya tersebut ditanggung dan dikeluarkan oleh PANGERAN SYARIF HASAN ALHABSY orang tua dari SYARIF USMAN ALHABSY.Setelahkota Kumai berdiri, maka sebagai realisasi dari berdirinya sebuahkota, wajarlah apabila susunan pemerintahannya mulai disusun dan diatur sedemikian rupa, menuju kemajuan-kemajuan dimasa-masa yang akan datang. Sebagai Kepala Pemerintahan yang pertama oleh persetujuan bersama pula telah ditunjuk PANGERAN SYARIF USMAN ALHABSY gelar PANGERAN BENDAHARA yang sekaligus bertindak pula sebagai Kepala Adat Negeri Kumai, dengan status pemerintahan yang berdiri sendiri/otonom termasuk dalam wilayah Kesultanan Kutawaringin.
            PANGERAN  SYARIF USMAN ALHABSY memerintah Negeri Kumai selama 12 tahun, yakni dari tahun 1784 sampai tahun 1796. Pada waktu pemerintahannya telah banyak dilihat kemajuan-kemajuan Negeri Kumai, antara lain dibangunnya rumah-rumah untuk tempat tinggal dan digarapnya tanah-tanah untuk bercocok taman. Hubungan dengan Kesultanan Kutawaringin selalu terpelihara dengan baik, saling hormat-menghormati antara satu dengan yang lain, demi menjaga kelestarian bersama. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kelapa Pemerintahan Negeri Kumai PANGERAN BENDAHARA telah pula dibantu oleh seorang pembantunya yang bernama KIAI SAHABUDIN, seorang yang cukup berwibawa untuk mengemban dan mengelola jalannya pemerintahan.
            PANGERAN SYARIF USMAN gelar PANGERAN BENDAHARA meninggal dunia pada tahun 1796 bertepatan dengan tahun 1216 Hijriah. Sepeninggalnya, beliau digantikan oleh anaknya yang bernama PANGERAN SYARIF ALI dengan pembantunya KIAI MANGUNDIPURA. PANGERAN SYARIF ALI tidak lama memerintah Negeri Kumai, oleh sesuatu sebab beliau mengundurkan diri, dan untuk memerintah selanjutnya diserahkan kepada seorang adiknya  yang  bungsu yaitu PANGERAN SYARIF UMAR dengan dibantu oleh tiga orang pembantunya yakni : KIAI NALA, KIAI WARGA NATASARI, dan KIAI RAKSA.
            PANGERAN SYARIF UMAR juga tidak lama memerintah Negeri Kumai, oleh sesuatu sebab beliau mengundurkan diri pula antara lain dengan adanya perselisihan paham dengan PANGERAN RATU ANUM KUSUMA YUDA yang memerintah Kesultanan Kutawaringin padawaktu itu. Setelah mengundurkan diri ini, untk sementara waktu Negeri Kumai tidak ada Kepala Pemerintahan, hanyalah diperintah oleh para kiai.
            Dalam perkembangan selanjutnya, mengenai proses pertambahan penduduk yang tadinya hanya sedikit, semakin hari semakin bertambah dan mulai berdatangan sejak berdirinya Kota Kumai, seperti datangnya pendatang-pendatang tersebut tinggal menetap danmulai berusaha dengan bercocok tanam, menjadi nelayan dan lain-lain sebagai mata pencaharian pada waktu itu.
            Disekitar pertengahan tahun 1880 oleh Pemerintahan Kesultanan Kutawaringin telah menunjuk seorang yang berasal dari Negeri Siak Indragiri, bernama PANGERAN SYARIF ABDURRAHMAN, diangkat menjadi Menteri (pembantu) Sultan untuk memerintah Negeri Kumai dan sekitarnya. Pemerintahannya dimulai dari tahun-tahun selanjutnya pemerintahan berada di bawah pemerintah Menteri Polisi H. MUHAMMAD IDRIS.
            Pada masa pemerintahan Menteri Polisi H. MUHAMMAD IDRIS inilah kota Pangkalan Bun yang jaraknya± 15 Km, terjadi suatu pemberontakan menentang Sultan Kutawaringin, dipimpin GUSTI ALI.
            Untuk menjaga agar pengaruh dari pemberontakan itu jangan sampai meletus dan menjalar kedaerah Kumai, maka oleh Menteri Polisi H. MUHAMMAD IDRIS memohon serta mengusulkan agar pihak Kesultanan Kutawaringin dapat mengambil langkah-langkah kebijaksanaan selanjutnya, antara lain diusulkan agar dapat mengangkat SYARIF ZAINAL ABIDIN sebagai Menteri Kesultanan Kutawaringin di Kumai, berstatus sebagai Kepala Distrik dengan dibantu oleh Menteri Polisi H. MUHAMMAD IDRIS dan HADIR sebagai Pembakal (Kepala Kampung).
            Kemudian dalam proses pemerintahan selanjutnya, maka kedudukan H. MUHAMMAD IDRIS sebagai Meteri Polisi digantikan HASYIM, sedangkan HADIR sebagai Kepala Kampung digantikan oleh BUSIRI.
            Berturut-turut kemudian Menteri Polisi HASYIM digantikan Polisi RADDEN TUMENGGUNG, sedangkan BUSIRI masih tetap sebagai Kepala Kampung. Untuk mengambil langkah-langkah kebijakan selanjutnya, maka atas perintah Sultan Kotawaringin, Menteri (pembantu) SYARIF ZAINAL ABIDIN gelar PENGERAN BENDAHARA dipindahkan ke Kutawaringin Lama dan yang mengurus Negeri Kumai dipercayakan kepada Menteri Polisi RADEN TUMENGGUNG dan pembantunya KIAI ENTONG, sedangkan AMIN bin GABA ditunjuk sebagai Kepala Kampung menggantikan BUSIRI.
            Di sekitar tahun 1916, RADEN TUMENGGUNG diberhentikan dan sejak itu pulalah jabatan Menteri Polisi ditiadakan. Pada tahun yang sama pula AMIN bin GABA berhenti sebagai kepala kampong dan sebagai penggantinya ditunjuk  H. MUHAMMAD KASIM SYAMSUDIN yang memula itu gasnya pada tahun 1918. Dalam urutan pergantian selanjutnya, setelah H. MUHAMMAD KASIM SYAMSUDIN berhenti pada tahun  1921, kedudukannya sebagai Kepala Kampung digantikan oleh BUSRAH bin CISILI yang bertugass ampai tahun 1926.
            Setelah itu mengingat tenaga dari H. MUHAMMAD IDRIS masih diperlukan maka mulai tahun 1927 beliau diangkat lagi menjadi Pembakal/Kepala kampong dan tidak lama bertugas karena usia yang sudah udzur. Jabatan Kepala kampong kemudian diserah terimakan kepada SAID SYARIF ALHABSYI anak keponakan PANGERAN BENDAHARA.
            Pada tahun 1938 SAID SYARIF ALHABSY berhenti menjadi pembakal/kepala kampong dan untuk sementara jabatan Pembakal/Kepala Kampung dijabat oleh wakilnya ABAS MUDA. Selama 6 bulan. Pada awal tahun 1939, H. Muhamad Rais bin H. M. Idris, diangkat oleh Sulta Kutawaringin menjadi Kepala Kampung di Kumai dan sebagai pembantunya diangkat Said Muhammad Cie dengan pangkat Juru Tulis Kepala Kampung. H. Muhammmad Rais bin H. M. Idris hanyalah kurang lebih satu tahun menjabat sebagai Kepala Kampung Kumai, dan sebagai gantinya ditunjuk oleh Pemerintahan Kesultanan Kutawaringin yaitu Said Muhammad Cie putra Pangeran Bendahara denagn pembantu-pembantunya: Pak Halil, Taberi, dan Pal Lelelng.
            Pada zaman perjuangan fisik merebut kemerdekaan Said Muhammad Cie, selain menjabat sebagai Kepala Kampung, juga bertindak sebagai Pimpinan Pemberontak Rakyat Kampung Kumai.
            Disaat penyerahan kedaulatan disekitar tahun 1949 Said Muhammad Cie masih tetap menjabat sebagai Kepala Kampung Kumai, sampai beliaumengakhiri masatugasnya pada tahun 1954, sebagai penggantinya ditunjuk Anang Abdurahman sebagai pejabat sementara Kepala Kampung Kumai, dengan pangkat Wali Kepala Kampung.
            Pada tahun 1956 Anang Abdurahman meletakkan tugasnya dan sebagai gantinya ditunjuk said Alwie, kakak dari Said Muhammad Cie sebagai pejabat sementara kepala kampung Kumai dengan pangkat Wali Kampung. Diakhir tahun 1956 Said Alwie berhenti dari kedudukannya diganti oleh Bakeri, menjadi Wakil Kepala Kampung dengan jabatan PJs Kepala Kampung Kumai.
            Pada tahun 1957 diadakan suatu pemilihan langsung dari rakya tuntuk memilih kepala kampong dan sebagai hasil dari pemilihan tersebut telah mendapat suara terbanyak Said Muhammad Cie dan mulai tahun 1958 diangkat menjadi Kepala Kampung terpilih dandifinitip. Disertai pembantu-pembantunya sebagai berikut:
1.      AnangBolah, untuk Kumai Hilir
2.      Said Akhmad, untuk Kumai Hulu
3.      Pak Senoden, untuk Candi
4.      Dursiam, untuk Sungai Kapitan
5.      Rekman, untuk Batu Belaman
6.      Pak Halil / Beramih, untuk Sungai Bedaun
7.      Jahari / Said Hasyim, untuk Sunagi Sekonyer
8.      Ruslan / Usman, untuk Pangkalan Banteng
9.      Alman / Uyul, untuk Sungai Rangit/Sungai Kakap
1.  Haderi / Musa, untuk Sungai Tendang
Kepala Kampung Senoden (alm) memimpin candi sejak tahun 1957 s/d 1968 sehubungan dengan habisnya masa jabatan sehingga diadakan pemilihan oleh masyarakat sehingga terpilihlah ARJALIN (alm) untuk masajabatan 1968 s.d 1975, setelah berakhirnya masajabatan maka diadakan pemilihan kepala desa untuk ketiga kalinyadi Candi yaitu Dinim Suhud sebagai kepala desa terpilih untuk masajabatan 1975 s.d 1981, namun sejarah pula yang mengubah status desa Candi menjadi kelurahan yaitu pada akhir tahun 1980 dan semua stafnya diangkat menjadi Pegawai Negeri sipil.
Adapun lurah-lurah yang pernah menjabat di kelurahan Candi sebagai berikut:
1.      Dinim Suhud B.                Tahun 1981 s.d1995
2.      Asmara Bakar                   Tahun 1995 s,d 1997 (sebagai PJS Lurah Candi)
3.      M. Maro’ef K.                   Tahun 1997 s.d 2002
4.      Juhriansyah                       Tahun 2002 s.d 2008
5.      Ernas Faridain                   Tahun 2008 s.d sekarang.

No comments:

Post a Comment